Anak Blasteran Suku


Kita semua pasti setuju bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman sukunya. Aneka ragam suku yang tersebar di Indonesia ini sangat memungkinkan terjadinya pernikahan lintas suku atau pernikahan antar suku.  

Aku yakin, banyak diantara kita juga berasal dari keluarga yang terdiri atas beberapa suku. Tidak perlu jauh-jauh, orang tuaku sendiri pun berasal dari dua suku berbeda. Ibuku berasal dari  Gorontalo dan Ayah berasal dari Ternate.

Hal ini terkadang membuatku berada dalam situasi dilemma. Bagaimana tidak? Saat ditanya “Asli mana?” aku harus berpikir panjang terlebih dahulu, ingin mengaku sebagai orang Gorontalo tapi berkunjung kesana pun hanya setahun sekali, mengaku orang Ternate asli tapi tidak menguasai bahasa daerah Ternate. Serba salah. Akhirnya jawaban yang keluar dari mulutku adalah “Aku anak Indonesia raya. Merdeka!!”  atau “Aku blasteran…. Ternate-Gorontalo.”

(Baca Juga : Aneka Ragam Keunikan Kota Ternate)

Pernah berada di situasi yang sama? Mari ber-highfive ria. Selain situasi yang aku sebutkan diatas, masih ada pula situasi dan hal-hal lainnya yang aku alami. Kamu yang orang tuanya berasal dari suku berbeda juga pasti pernah merasakan hal yang sama.

1.  Bingung saat ditanya 'Asli mana?'

Poin yang ini sudah aku sebutkan di paragraf sebelumnya.  Ketika ditanya asli mana, kita seringkali bingung harus menjawab apa, ingin menjawab dengan jawaban yang singkat, tapi malah jadi panjang dan bertele-tele. Contohnya seperti di bawah ini :

“Novi asli mana?”

“Novi Asli Ternate, kak.”

“Orang tua dua-duanya asli Ternate?”

“Engga, Kak.  Papa dari Ternate, Mama Gorontalo tapi Novi lahir di Ternate jadi asli orang Ternate.”

“Oh, berarti Novi bukan asli Ternate.”

“Lah? terus Novi asli apa?”

“Novi aslinya dari tulang rusuk kakak.”  

“..............”

*krik krik

Untung saja, aku terlahir di Ternate, jadi tidak terlalu bingung saat menjawab. Coba kalau terlahir dan dibesarkan di daerah yang berbeda dengan daerah asal kedua orang tua, seperti teman dekatku Gina, pasti akan lebih membingungkan lagi.

“Gina asli mana?”

“Engga tau kak, saya bingung, soalnya saya lahir di Jayapura, Ibu saya orang Gorontalo dan Ayah saya orang Ternate. Kira-kira menurut kakak saya ini asli mana ya?”

2.  Disana jadi orang sini, disini dibilang orang sana


Memiliki orang tua yang berasal dari dua daerah dan suku berbeda tentunya membuatku mempunyai keluarga yang jauh di seberang pulau, oleh karena itulah selalu ada yang namanya  tradisi mudik menjelang hari lebaran atau berlibur setiap tahun ke kampung halaman mama untuk menjalin silaturahmi sekaligus menuntaskan rindu. Ehehek.

Satu hal yang menarik sekaligus membingungkan yaitu saat aku datang ke Gorontalo, keluargaku disana akan dengan gembira menyambut kedatanganku sambil berkata “Wah, orang Ternate datang.” Dan, saat aku kembali lagi ke Ternate, keluargaku yang di Ternate pun akan menyambut kepulanganku dengan kalimat “Wah, orang Gorontalo datang.”

Di Gorontalo aku jadi orang Ternate, di Ternate aku dibilang orang Gorontalo. JADI, AKU INI SEBENARNYA ORANG APA? HIKS  *Ngelap air mata pake kanebo*

3.  Dapat tawaran ‘nikah sama orang sini aja ya’

Aku teringkat percakapan dengan sepupuku dua tahun lalu saat sedang berlibur di Gorontalo, saat itu keluargaku sedang mengobrol santai menggunakan bahasa daerah sementara aku hanya duduk sambil menerka-nerka apa yang sedang dibicarakan. Lalu, tiba-tiba salah seorang sepupu mengalihkan pandangannya ke arahku dan mulai membuka obrolan.

“Ninong, nanti  nikah dengan orang Gorontalo ya.” Ucapnya dengan nada sedikit berbisik. 

“Heheh…”  Mendengar kalimat itu aku hanya bisa menyengir sambil bertanya-tanya dalam hati ‘ caranya gimana?‘

“Nanti nikah di Gorontalo jo a, terus tinggal di Gorontalo supaya dekat dengan keluarga disini.” Lanjutnya.

“Heheh.”  Sekali lagi, aku hanya menyengir dan berpikir  ‘ini calonnya aku yang cari sendiri ya?’

“Hmm….”

“……..”

4.  Tidak Menguasai Bahasa Daerah Ayah Ibu (dan sebaliknya)

Walaupun aku terlahir dan dibesarkan di Ternate, bisa berbahasa Ternate dengan mahir rupanya bukanlah keahlianku. Aku bisa memahami apa yang sedang dibicarakan  dalam bahasa Ternate, tapi entah kenapa aku justru kesulitan saat mencoba berkomunikasi dengan bahasa tersebut.  

Di rumah, keluargaku juga lebih sering berkomunikasi menggunakan bahasa Melayu Ternate (Serumpun dengan bahasa Manado, Papua, dan Ambon) ketimbang bahasa Asli Ternate ataupun Bahasa Gorontalo, alasanya sederhana, karena bahasa tersebut dapat dimengerti oleh semua anggota keluarga dan orang-orang di lingkungan sekitar. Hehe

5.  Salah tebak (Dikira berasal dari daerah lain)

Selain dibuat kebingungan dengan pertanyaan “kamu asli mana?”  aku juga sering dibuat heran oleh orang-orang yang suka (salah) menebak daerah asalku. Biasanya orang-orang ini adalah orang yang baru pertama kali bertemu denganku. Contohnya saja, saat pertama kali masuk kuliah, banyak yang mengira kalau aku berasal dari Jawa.

“Orang jawa ya?”

“Bukan. Hehe”

“Ah masa?”

“Iya, Novi asli sini.”

 “Hmm, tapi ada keluarga yang Jawa?”

“Engga ada.”

“…..”

Mama Gorontalo, Papa Ternate, anaknya dikira Orang Jawa. Aku rapopo. Hahay~

***
Itulah beberapa kejadian yang pernah aku alami sebagai seorang anak blasteran suku. Ada yang pernah mengalami kejadian serupa? Atau ada yang mau nambahin?

P. s :  
- Ninong adalah nama panggilanku di rumah. 
- Jangan menganggap tulisan ini rasis yaaaa. Ini hanya sekadar berbagi cerita, tidak bermaksud rasis, karena memang tidak ada rasis-rasisnya. Huehue~

34 komentar:

  1. hahahahha, anak ternate. ya kalau lahir di ternate dek. sama, kakak juga kurang menguasai bahasa asli ibu dan ayah :D.
    OH YA yang rusuk kiri itu, pernah dimodusin ya dek :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, karna lahir di Ternate jadi asli orang Ternate. Heheu
      Sama, karna emang dalam rumah lebih sering pake bahasa sehari-hari kan ya? jadi engga menguasai bahasa daerah :D

      Huahaha iya. Mayan kak, bisa dijadiin tulisan wkwk

      Hapus
    2. hahahaha, bisa aja dek. salam buat ayah n ibunya di ternate ya :)

      Hapus
    3. beuh...mang Fajar...modusin admin...deh....

      #kebiasan buruk

      Hapus
  2. Bruakakakaka. Aku ngerasa related nih sama post ini. Dulu sempat nulis soal ini juga, tapi masih jadi draft aja sampe sekarang. Eh sekarang dieksekusi sama Noviyana. Good. Aku ngerasa terwakilkan! :D

    Jawaban "Dari tulang rusuk Kakak," itu bajingak ya. Gombal abis. Hahahaha. Btw aku juga ngalamin beberapa yang kamu tulis. Hamoir semuanya kayaknya. Aku blasteran BaBu, alias Banjar-Bugis. Tiap ditanya juga suka bingung mau jawab apa. Trus waktu SMP sempat ikirain Dayak atau China. Dikira non muslim. Sedih. :(

    High-five ria keras! AKU JUGA NGGAK BISA BAHASA DAERAH SUKU SENIDRI! MHUAHAHAHHAA. KASIHAN BANGET KITA YAAAA, NOV! :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita....?

      situh aja sendiri keiles

      Hapus
    2. Huahahah, dulu Icha pernah nulis tentang ini juga yak. Asique kirain udah di posting sama kamu, Cha. xD

      Iya, orang yang ngasih jawaban kayak gitu emang bajingak, Cha. Hahahah. Owalah, Icha ada keturunan Bugis ternyata. hwaaaa. Pas liat foto kamu juga aku kira kamu ada chinese-chinese gitu cha, ternyata blasteran BaBu. Jangan sedih, Cha. Itu artinya kamu orang indonesia yang fleksibel. Eh (?)

      HAHAHAH AKU ENGGA SENDIRI. YANG PENTING KITA BISA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA TUBUH, CHA. ITU YANG PENTING:)))

      Hapus
    3. Eh Mang Lembu mah, 'kita' itu maksudnya aku sama Icha xD

      Hapus
  3. untung saya terlahir dari pasangan yang masih satu kota.. cuma beda kampung doang. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti punya identitas yang jelas yak saat ditanya asli mana?! Heheh :D

      Hapus
  4. Jawab aja asli Indo gitu mba.. wkwk
    Tak kira nama samaran, ternyata ninong itu nama panggilan ya,, unik nama panggilannya.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah (sering) aku jawab kayak gitu kok. Hehe
      Terima kasih, itu nama panggilan di rumah. wkwkw

      Hapus
  5. Hm... emang ditentukan dari tempat lahir, ya? Apa kabar gue yang numpang lahir di Ponorogo. Kemudian umur 7 bulan masih bayi yang lucu-lucunya gitu, udah dibawa ke Jakarta. :))

    Lu gak kelihatan Jawa, kok. Kalo dari foto. Ahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga engga tau sih, Yog. Hahaha. Berarti Yoga asli apa yak? Jakarta mungkin ya ._.'

      Alhamdulillah, foto sama asli beda berarti xD

      Hapus
  6. Hahahaha... Pastinya ini masalah banyak dialami generasi sekarang. Secara orang tua sudah menikah lintas pulau dan tinggal di pulau lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup. Benar sekali, teman-temanku juga mengalami hal serupa. Ada akulturasi gitu yak, jadinya multikulural. (?) Hueheu

      Hapus
  7. bapak saya orang jawa tapi saya gk mahir bahasa jawa, ka konyol hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bapak saya bukan orang jawa, dan saya juga engga bisa bahasa jawa. Eh xD

      Hapus
  8. aiih....gadis Ternate manis sangat rupanya, nggak penting deh adik mau dari Ternate atau Gorontalo yang penting adik teh manis sangat pisan lah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah. Hatur nuhun, Mang. Saya dibilang manis. Jadi enak. Hueheue :'D

      Hapus
  9. Problematika sehari-hari banget ini, pas ditanya asli orang mana, bingung jelasin nya soalnya mulai dari kakek-nenek nyampur semua, ada Jawa, dayak, China, Sulawesi hihihi
    Salam kenal yaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener. Dari kakek-nenek semuanya udah campur-campur jadinya bingung. Hahah

      Salam kenal juga, Mbak \:D/

      Hapus
  10. Jadinya serba salah ya nov? hahahh.Jadi intinya kamu itu adalah anak Indonesia Nov! Merdeka! Hahahhh. Gk usah dpikirin asal orng tua kmu darimana, yg jelas kita Indonesia.

    Klo mnurut aku sih nov, dikota mana kmu lahir itu menandakan kmu anak kota itu. Misalnya kmu lahir di ternate, berarti kmu anak ternate dan bukan anak bangladesh. Gitu aja sih.

    Bdw, akhir2 ini kmu sdah rajin2 mnulis blog ya nov! gokil, pertahankan nov!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Rey! Merdekaaaa. Yap, kita Indonesia, Bhineka tunggal Ika. Uyeee \:D/

      Nah, amenurut aku juga gitu, Rey. Bhahahaha, yakali lahir di Ternate, orang tua Ternate-Gorontalo, anaknya malah jadi orang Bangladesh. Huhuu~

      Alhamdulillah, makasih rey! Kamu juga, semoga rajin ngeblog lagi yak :D

      Hapus
  11. Bahasa Melayu Ternate itu kaya gimana sih? Penasaran aku, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa Melayu Ternate serumpun sama bahasa bahasa Manado, Papua, dan Ambon. Hampir mirip sih, hanya saja ada beberapa kata yang beda. Misalnya, kata ganti orang kalau 'Aku' dalam bahasa Ternate, Manado, dan Papua itu pake kata 'Kita', terus 'kamu' berubah jadi 'ngana' dst, gitu kak:)))

      Hapus
  12. Bapak asal Cepu (Jawa Tengah), ibuk asal Pacitan (Jawa Timur), aku? Aku lahir dan besar di Jakarta. Nahloh, hahaha.
    Sewaktu dapat mata kuliah kajian budaya, dosenku bilang,"Kalau pada zaman sekarang masih ada orang yang bertanya kita berasal dari daerah mana, sebetulnya orang tersebut sedang mundur seratus tahun ke belakang." Waaaa lama sekali, ya? Hahaha.
    Pada intinya sebetulnya, pertanyaan tersebut semestinya sudah tidak perlu jadi persoalan kan ya, Mbak. Soalnya, suatu pribadi sejatinya berdiri di atas kakinya sendiri tanpa embel-embel lainnya.
    Maka kalau aku ditanya demikian, kusering bilang... "Aku anak Indonesia sehat dan kuat karena mama memberi Sakatonik ABC."
    Huahaha~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih. Seharusnya pertanyaan tersebut tidak perlu jadi persoalan, yang jadi persoalan itu orang yang nanya kali yak. xD


      Kalau ditanya lagi aku mau bilang gitu ah... "Ku anak Indonesia, sehat dan kuat. Uyeeee"

      Hapus
  13. Ahahahahaha, aku mama bapak asli jawa tapi dikira orang sunda :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kurang lebih kasusnya sama kayak aku ya, Mbak. Hahah

      Hapus
  14. Papa ternate mama gorontalo, bagaimana kalau kita buatkan mereka cucu dari perpaduan ternate+gorontalo+jawa?

    BalasHapus