Tentang Entahlah


Aku baru selesai membaca review album Monokrom Tulus di blog Icha, ternyata review tersebut sudah diposting sejak beberapa hari lalu dan aku baru baca sekarang. Omegad. Di review-nya, Icha menggambarkan setiap lagu dengan empat kepribadian, dan sepertinya sanguinis lebih mendominasi. Aku setuju sama Icha, semua lagu di album baru Tulus benar-benar ngena. Lagu-lagunya berhasil bikin aku jatuh cinta, apalagi yang Ruang Sendiri dan Langit Abu-Abu, liriknya pas dan sesuai dengan perasaanku yang sudah enyah sejak dulu. Sayangimu aku telah keliru~

Tapi sekarang aku sedang tidak ingin membahas tentang musik, jadi anggap saja paragraf pertama sebagai kata pengantar, Hehe. Sebenarnya kali ini aku ingin menulis tentang Entahlah, mungkin agak random, karena sejujurnya aku sedang memaksakan diri untuk menulis. Beberapa hari belakangan rasa malas lagi-lagi berhasil menghasut diri untuk libur dari dunia tulis-menulis dan blogging, alhasil tulisan yang ditargetkan selesai dalam waktu dekat pun tidak terealisasi, dan entah sudah berapa kali aku mengeluh tentang penyakit malas di blog. Judul postingan ini saja sudah bikin orang males. Ha ha ha.

Selama libur menulis, ditambah libur semester kurang lebih tiga bulan,  yang aku kerjakan hanya menonton tv, tiduran, baca semua catatan semester lalu dan ngerusuh di group bahasa inggris di Whatsapp, ada yang mau join di groupnya? Tapi aku udah out dari group karena kesal sama diri sendiri yang selalu gagal jadi silent reader. Fiuh~

Apa lagi ya? krik krik

Eh iya, pada hari Senin, 20 Agustus 2016, beberapa puisiku akhirnya termuat di rubrik Sajak pada portal Floressastra.com. Keempat puisi tersebut berjudul Berkelana, Nirmala, Tidak Lagi, dan Trauma.  Di bawah ini adalah salah satu puisinya

Berkelana

Diatas bumi rempah-rempah
tapak ibu memijak cerita
menghentikan waktu kelana
menemu titik nirwana
di bawah kaki Gunung Gamalama
ibu menenun kasih bersama Ayah,
membangun istana untuk kami; bersama
menambah sejarah di Kota Pusaka
meski darah saudara di ujung samudera
sapa rindu masih terpaut suara
terkadang pesawat mengantar raga
untuk berpeluk mesra sementera
lalu, ibu berbalik lagi ke Bandara Babullah
kembali berpadu kasih pada keluarga.
Aku duduk menelusur imaji; suatu saat aku akan berkelana seperti ibu
berpetualang mencari jati diri mengelilingi cakrawala
menemu adam di bumi yang lain
menuai bibit kenangan disana
dan mencipta mimpi yang kudamba
Akankah?

Ternate, 5 Agustus 2016

 Untuk membaca puisi-puisiku secara lengkap bisa lewat http://floressastra.com/2016/08/20/nirmala-berkelana-sajak-sajak-noviyana-shiali

17 komentar:

  1. Puisimu bagus bangeeet ya Allaaaaaah.....kenapa pada pinter bikin giniaaaaaan >_<

    Sayang banget keluar dari grupmu itu. Kenapa gak buka topik aja di wa grupnya itu? Misalnya kayak diawali pertanyaan di pagi hari: "Good morning guys!! What's your plan today / for the weekend?" biasanya sih dari pertanyaan, jadi ngobrol.. :D ehehehh sok tau ya gue.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini Ran kan? Duh, Alhamdulillah. Makasih, yuk belajar nulis puisi bareng, Heuheu :D

      Aku udah sering buka topik kok, tapi sering bikin rusuh jadi aku keluar dari group. Hahahah

      Hapus
  2. Huehehehehe. Makasih udah baca review sotoy aku itu ya, Nov :'D

    Akhir-akhir ini aku juga ngerasa banyak tulisanku yang meleset dari target buat diselesaikan. Huhuhu. Padahal mah nganggur aja di rumah :(

    Puisinya bagus, Nov. Bahasanya keren dan rada berat. Aku nggak bisa bikin begituan. Selalu kagum sama orang-orang yang bisa nulis puisi dengan kosakata yang keren kayak gitu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hueheueheu Terima Kasih kembali, Cha. Udah baca postingan blog aku :D

      Sama, Cha. Aku juga nganggur di rumah tapi males nulis, alhasil semua yang direncanakan jauh dari target:(

      Alhamdulillah, Makasih, Cha:3

      Hapus
  3. pasti tentang LDR ni puisi, kok bawa bawa pesawat sih dek?hiihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emm, hampir mendekati. Setiap pembaca punya interpretasi yang berbeda, Mas Fajar memaknai puisinya sebagai kisah LDR. Well, not bad, hehe :D

      Hahah itu pesawatnya sebagai transportasi untuk bertemu saudara di seberang lautan:))

      Hapus
  4. Maksudnya gimana sih itu gagal jadi silent reader kok malah keluar grup? ._.
    Waaah puisinya seru itu. Agak kedaerahan tapi baguuus. \:D/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah, gagal jadi silent reader alias gak bisa diem di group, sering nimbrung obrolan orang dan bikin rusuh, itu ngegganggu yang lain jadi aku keluar:))

      Yeay, Alhamdulillah, Terima kasih \:D/

      Hapus
  5. Samaan kita nov. Entahlah, mngkin ini bulan atau wktu dmana pnulis blog lagi malas2nya, mngkin krna efek pokemon go kali ya?.

    Oiya, diawal bcaan ada kata yg kurang sya ngerti. "Sanguinis" itu artinya apa ya nov? Cuma mau mnambah prbendaharaan kata, hehe

    Oiya, puisinya kren nov, bnyakan akhiran a-a nya. Tpi seimbang kok dngan metaforanya. Mnurut sya puisinya bercerita tntang seorang prempuan yg mrnungkan prjalanan kisah hidpnya kedepan dari sejarah kisah orng trdahulunya. Benarkah? Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah, padahal aku gak pernah main Pokemon Go:')
      Semoga setelah ini udah engga males lagi ya, Semangat!!

      Sanguinis itu salah satu karakter atau kepribadian dalam diri seseorang. Setahu aku, sanguinis memiliki karakter yang terbuka dan suka bercerita~

      Alhamdulillah, Makasih. Iya, aku terbiasa menulis puisi dengan rima, heheh. Wah tepat sekali, penafsiran kamu benar. Makasih Rey :D

      Hapus
  6. aku pikir awalnya tentang album tulus, lalu bingung ada puisi kamu yang bagus, dan ternyata emang benar tentang... entahlah hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah album tulus hanya sekedar kalimat pengantar. Makasih btw, heheu~

      Hapus
  7. tjakep puisinya, keknya kamu emang jago nulis sastra2 puisi gitu. itu sampe masuk portal web lagi :D

    BalasHapus
  8. Waduh jadi sedih kalau begini mah, ahi hi hi.
    Cakep mbak pusinya.

    BalasHapus