Kiat-Kiat Menghadapi Fase Quarter Life Crisis

Berikut ini cara-cara menghadapi Fase Quarter Life Crisis yang sedang kamu rasakan

Kita semua tahu bahwa roda kehidupan akan selalu berputar ke depan dan waktu akan tetap berjalan maju. Kita yang tadinya hanya sibuk dengan tugas sekolah, eh sekarang sudah sibuk dengan kerjaan dan kehidupan orang dewasa saja. Yang tadinya cuma mikir mau beli mainan apa dan main sama siapa, eh sekarang sudah pusing mikirin tagihan bulanan dan tabungan masa depan, atau nih,  yang tadinya cuma ditanya “kamu kalau sudah dewasa mau jadi apa?” oleh guru di sekolah, sekarang malah berubah jadi pertanyaan horror dari orang-orang yang kebanyakan tidak berkontribusi apa-apa di hidup kita, seperti pertanyaan “Kamu kerja di mana sekarang? Gajinya berapa?”  atau lebih horror lagi ditanya;

“Kamu kapan mau nikah?”

Memang ya, selain harus siap menghadapi fase quarter life crisis, bertumbuh dewasa artinya harus siap mendapati pertanyaan-pertanyaan yang kita sendiri pun kadang masih bingung jawabannya apa. Pertanyaan yang justru membuat kita makin resah dengan fase hidup yang sedang dijalani. Padahal kalau dipikir-pikir, hidup terasa baik-baik saja tanpa  pertanyaan-pertanyaan seperti itu, tapi yasudahlah, biarkan.

Ketimbang merasa risih dengan pertanyaan dan pemikiran orang lain mengenai kehidupan kita, ada baiknya untuk belajar menjadi sedikit bodo amat, sebab bagiku pribadi, hal terpenting yang harus aku pikirkan adalah bagaimana untuk bisa tetap waras melewati badai quarter life crisis yang sedang kurasakan.

Aku percaya bahwa lamanya kita terjebak dalam sebuah situasi adalah tergantung dari bagaimana cara kita menyikapinya, karena itulah berikut ini cara-cara yang sedang dan akan kulakukan dalam hal menghadapi quarter life crisis:

1.   Menerapkan Self-Love

Menerima kekurangan dan kelebihan diri dengan lapang dada adalah hal yang seharusnya sudah kulakukan sejak jauh-jauh hari. Saat ini aku menyadari bahwa belajar mencintai dan menerima diri sendiri berhasil membuatku menjadi sedikit lebih tenang menjalani hidup.

Setidaknya sekarang aku tidak lagi se-insecure diriku di masa lalu, tidak lagi terlalu keras mengkritik diri sendiri, dan tidak sepenuhnya peduli dengan pendapat orang-orang mengenai hal-hal yang tidak mereka ketahui dengan jelas tentang diriku. Penerapan self-love ini benar-benar membantuku menghadapai kegalauan di usia dewasa, terutama di fase quarter life crisis.

2.   Bersabar Pada Proses Diri

Di situasi tertentu, aku pernah merasa tidak sabaran dalam mewujudkan keinginanku, misalnya keinginan untuk menjadi kaya raya tanpa bekerja, menikah dengan karakter fiksi yang ada di drama korea atau baru-baru ini keinginan untuk segera mendapatkan pekerjaan baru yang lebih nyaman.  

Aku sempat stress karena belum juga berhasil mendapatkan hal yang kuinginkan, padahal aku sendiri tahu bahwa untuk bisa mewujudkan setiap keinginan dan mimpiku, aku harus bersabar melewati banyak tahapan dan proses terlebih dahulu, sebab bagaimana pun juga setiap orang  sudah memiliki timeline hidup dan jatah rezekinya masing-masing, yang perlu kulakukan sekarang adalah tetap berusaha sambil menikmati dan menghargai proses yang sedang kujalani.

Aku percaya aku bisa mewujudkan setiap mimpi-mimpiku. Hal-hal yang sudah aku rencanakan dengan baik perlahan-lahan mulai terwujud”

3.  Selalu Berpikir Positif

Sebagai seorang overthinker, menanamkan sikap selalu berpikir positif  dalam diri adalah hal yang cukup menatang, tetapi bila aku berhasil melakukannya atau sesederhana bisa menepis pemikiran negatif  saja rasanya benar-benar bangga dengan diri sendiri, sih.

Meski begitu, aku juga menyadari bahwa penting rasanya untuk tetap memvalidasi perasaan negatif yang timbul dari situasi quarter life crisis ini, sebab bagaimana pun, memendam emosi negatif justru akan membuatku merasa tidak nyaman dan burn-out.

Hmm jadi gimana sih maksudnya? ya begitu deh, intinya setelah bersedih dengan keadaan yang ada, aku akan bangkit dan kembali memikirkan hal-hal baik. Hehe

4.   Melakukan Kegiatan atau Aktivitas Menyenangkan 

Untuk bisa tetap waras dan selalu berpikir positif, apalagi di fase transisi yang cukup menguras emosi ini, mencari atau melakukan kegiatan menyenangkan adalah hal yang mesti ada di daftar to-do list atau daftar prioritas hidup kita, menurutku.

Aku sendiri selalu menyempatkan waktu untuk berolahraga di waktu weekend agar mood-ku menjadi lebih baik, atau berkumpul dengan teman untuk mengurangi beban pikiran, atau sesederhana bernyanyi dan mendengarkan musik di waktu luang. Hal-hal menyenangkan tersebut bisa membuatku lebih tenang dan  yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Aku akan baik-baik saja.

5.   Terus Belajar dan Mengembangkan Potensi Diri

Berada di fase quarter life crisis seringkali melahirkan banyak pertanyaan perihal identitas diri dan kehidupan yang sedang dijalani. Aku sendiri pun masih bertanya-tanya ihwal arah hidupku, padahal sebenarnya masih ada jalan panjang di depan sana yang bisa kutelusuri, aku hanya perlu menyemangati diri untuk tetap belajar dan mengasah potensi diriku.

Kemampuan dan pengetahuan yang sedang kupelajari akan menjadi bentuk investasi pada diri sendiri. Aku percaya, aku bisa menjadi lebih cerdas dan lebih berkompeten di bidang yang aku minati di masa depan.

6.   Bersyukur Dengan Setiap Pencapaian

Selain bersabar, bersyukur untuk segala hal yang berhasil dicapai hingga saat ini adalah hal yang wajib dilakukan. Tidak hanya membuat jiwa menjadi lebih tenang, selalu bersyukur pun akan membuat kita bisa lebih menerima keadaan yang ada karena percaya bahwa apa yang kita dapatkan hari ini adalah bagian dari rencana terbaik Tuhan untuk kita.

Bagiku sendiri, sesederhana bisa melewati hari senin yang awalnya kupikir adalah hari terberat dan menjengkelkan saja sudah termasuk pencapaian, I deserve an-award, hahah. Aku bersyukur bisa melewati setiap kesulitan yang datang di hidupku.

7.  Membuat Perencanaan Masa Depan

Aku mengenal diriku sebagai seseorang yang well-organized, aku suka membuat perencanaan ketika ingin melakukan sesuatu. Setiap harinya aku selalu membuat to-do list agar aktivitas dan kegiatanku lebih terarah, sebab itulah membuat perencaan masa depan pun termasuk hal terpenting bagiku.

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa kadang aku merasa capek dan abai dengan rencana-rencana yang sudah kubuat. Namun setidaknya aku masih bisa kembali menjalankan rencana-rencana tersebut ketika energiku sudah kembali terisi. Aku percaya, memiliki rencana akan membuatku lebih fokus meraih tujuan hidup.

Segalau-galaunya aku karena sedang dilanda fase krisis seperempat abad, setidaknya aku sudah menyusun rencana untuk meminimalisir kegalauan akan hal itu.

***

Itulah beberapa cara yang sedang [dan akan] kulakukan dalam hal menyikapi krisis seperempat abad. Sejujurnya, tulisan ini kubuat sebagai bentuk pengingat dan afirmasi untuk diri sendiri, jadi jangan heran kalau ada banyak kalimat motivasi dan harapan di dalamnya. Harapan-harapan yang kutulis ini akan jadi kekuatan untukku. 

Untuk siapa pun yang sedang membaca ini dan siapa pun yang sedang merasa terjebak dalam situasi krisis seperempat abad, semoga kita bisa pelan-pelan melewatinya ya. Semoga bisa lebih kuat lagi menjalani roda kehidupan yang terus berjalan ke depan. Ahay

2 komentar:

  1. Pasti ada fase di mana kita menghadapi berbagai tuntutan sosial yang menyebalkan ini, kadang kesal sama penilaian dan standar orang di sekitar. Tapi, kalau dipikirkan lagi apa yang mereka katakan tidak akan ada habisnya. Memang langkah yang penting itu fokus sama diri sendiri dan self love. Terima kasih tipsnya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba, menyebalkan sekali kalau harus berhadapan dengan orang-orang yang menuntut kita untuk ngikutin standar mereka,memang lebih baik dibodo-amatin dan fokus ke diri kita sendiri aja.

      Terima kasih juga sudah berkunjung, Mba.

      Hapus