Memangnya Kenapa Kalau Curhat?


Aku punya satu kebiasaan, aku suka membaca postingan lama di blogku. Meski sudah hampir sebulan tidak menulis apapun di blog, bukan berarti blog ini kubiarkan ‘terkapar’ begitu saja, sebab faktanya aku masih rajin membuka arsip lama dan membaca ulang beberapa tulisan.  Membaca kembali tulisan-tulisan tersebut membuatku teringat pada orang-orang di dunia nyata yang pernah mampir ke sini. Beberapa di antara mereka menganggap tulisan di blogku adalah curhatan seorang perempuan galau. Bahkan ada yang berkomentar seperti ini “Blog kok isinya curhat mulu. Gak malu nih? Gak ada yang lain yang bisa ditulis?”  

Memangnya kenapa kalau curhat? Lagi pula aku tidak pernah malu menulis isi hati dan pemikiranku ke blog, selama yang kutulis merupakan sesuatu yang pantas dibaca oleh orang lain, menurutku itu bukan masalah. Aku justru merasa bahagia karena bisa menuangkannya ke dalam bentuk tulisan, rasa bahagia tersebut semakin bertambah saat tulisanku dapat menjadi pengingat di masa yang akan datang, menjadi pembelajaran untuk kedepannya dan bisa menjadi refleksi bagi kehidupan orang lain. Jadi kalau mau bilang malu, mungkin yang sering berkomentar dengan nada mengejek yang harus malu, kali ya.

Jujur saja, ketika orang lain menganggap tulisan semacam ini sebagai curhatan, aku justru menggangapnya sebagai bentuk kontemplasi diri. Menurut KBBI, kontemplasi berarti renungan dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Kontemplasi merupakan cara untuk memikirkan secara mendalam tentang apa-apa yang akan dan telah dilakukan, jadi saat kita menulis hal-hal yang riuh di ruang kepala berarti kita juga sedang mencoba memahami dan merenungi keadaan, bukan begitu? Itu artinya, menulis adalah media kontemplasi yang efektif dalam hal melakukan evaluasi diri, evaluasi masa lalu dan merancang target masa depan. Therefore, menulis adalah cara untuk mengenali diri lebih baik lagi.

Perihal blog yang isinya curhatan dan cerita-cerita tentang si pemilik blog, kurasa orang-orang tengah berpikir bahwa menulis tentang keadaan atau kehidupan pribadi di sebuah platform yang dapat diakses oleh banyak orang berarti membagi rahasia diri ke orang lain, berbeda kalau curhat ke sahabat atau di buku diary yang digembok, semua cerita akan terjaga kerahasiaannya! Padahal sih kenyataannya bukan seperti itu. Entah seperti apa definisi curhat yang dipikirkan oleh orang-orang.

Kalau ditelusuri lebih jauh, Curhat  merupakan akronim dari Curahan hati, yang bermakna mengungkapkan isi hati atau cerita pribadi kepada orang terdekat secara langsung dengan harapan agar orang yang mendengarkan dapat memberikan solusi, memotivasi, atau si pen-curhat hanya sekadar ingin berbagi cerita untuk menghilangkan beban pikiran dan hati, bukankah hal tersebut terdengar positif?  Seiring berkembangnya zaman, makna curhat mulai berubah menjadi sesuatu yang negatif dikarenakan curhat telah dapat dilakukan di internet yang luas nan bebas ini dalam berbagai bentuk.

( Baca Juga : Realita (dan) Dunia Maya )

Defini “Curhat” seolah bertransformasi dari “Pelepas beban pikiran” menjadi “Ajang menunjukkan diri” sehingga pandangan orang-orang terutama para Nitizen pada blog yang berisi cerita dan pengalaman pribadi pun menjadi miring. Orang-orang tak lagi melihat sebuah cerita atau tulisan di blog sebagai sarana pembelajaran, dan hiburan,tapi sebagai tempat manusia egois yang hanya ingin berbicara tentang diri mereka sendiri. Padahal pandangan seperti ini merupakan sesuatu yang salah. 

WHY DO PEOPLE MOSTLY JUDGE THINGS ONLY FROM ONE SIDE? THE NEGATIVE SIDE? DUH

Tidakkah orang-orang berpikir bahwa blog yang berisi tentang pengalaman pribadi atau semacamnya merupakan cara penulis untuk mengurangi beban pikiran atau pun sekadar berbagi cerita yang mungkin bisa menjadi pengingat dan pembelajaran bagi diri sendiri maupun bagi orang lain?  Seperti yang kukatakan sebelumnya bahwa menulis adalah sebuah bentuk kontemplasi diri. Aku menulis karena memang isi kepalaku perlu untuk dituliskan, toh tujuan utama aku menulis adalah untuk menenangkan hati dan  membahagiakan diri. Menulis bagiku adalah terapi, kalau pun nanti ada yang membaca lalu terkesan dan terinspirasi, bukankah itu adalah sebuah bonus yang akan menambah tingkat kebahagiaan yang ada? Belum-belum lagi bila blog tersebut dapat menjadi ladang rezeki. Uww~

Bagi mereka yang gemar menjudge segala sesuatu dari sisi negatif, pasti akan mengatakan “Yah! Curhat lagi! Galau lagi!” kerjanya menyinyir padahal mereka sendiri sedang kebingungan mencari cara curhat yang aduhai di zaman yang serba canggih ini. Biar kuberitahu; curhat lewat tulisan adalah salah satu cara yang aduhai, bikin puisi atau sebuah cerita pendek dari kisah pribadi, kalau ada yang tanya itu cerita nyata atau fiksi, bilang saja, itu fiksi. Aman kan?

Intinya sih, menulis pengalaman dan kehidupan pribadi alias curhat boleh-boleh saja, tapi menyaring mana yang layak dan mana yang tidak layak disharing ke publik adalah suatu keharusan. You know what I mean, right?

21 komentar:

  1. Menulislah, walau hanya sekedar curhat.
    Nulis di blog sendiri kok dek.
    Jangn dengarkan kata orang luar :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju! Lagi pula kan nulis di blog sendiri ya, bukan di blog mereka, heheu. :'D

      Hapus
  2. Setiap blog punya niche masing-masing, semua tergantung pasion dari pemilik blognya. Kalau sukanya nulis tetang cerita, kalau dipaksa nulis tetang komputer pastinya juga akan kebingungan.
    Menulislah dan ceritakan apa yang tersimpan, semua bisa menjadi pelega hati dan pikiran. Blog saya isinya tidak jelas, ada ini dan itu sebenarnya termasuk curhatan hati juga.
    kontemplasi, tambah deh kosakasa saya.
    Saran nih, huruf teksnya diperbesar lagi biar lebih nyaman membacanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheh iya. Aku udah jelasin kayak gitu ke orangnya tapi dari ekspresi wajahnya tuh kayak "halah" gitu. Hiks.

      Iya. Terima kasih, Mas. Sekarang saya juga bakal nulis sesuka hati wkwkw

      Ini mau diperbesar tulisannya tapi bingung caranya gimana. Huhu:(

      Hapus
  3. Benar itu, yang curhat belum tentu tidak manfaat, sama seperti yang bukan curhat juga tidak otomatis manfaat (situs-situs 'hate' itu mis).
    Semangat! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa. Setuju! Curhatan seseorang juga bisa jadi refleksi bagi kehidupan orang lain. Semangat juga^^

      Hapus
  4. makanya besok lusa mah kalau mau curhat mendingan chat aja sama saya...okeh

    BalasHapus
  5. Duuuh orang-orang itu. :') Justru aku bangga dan iri sama orang yang dengan leluasa bisa curhat di blognya. Curhat ngalir. Aku juga punya kebiasaan suka bacain tulisan lama, dan tulisan lamaku itu ya kebanyakan curhat. Aku pengen balik lagi kayak dulu di mana aku bisa nulis curhatan, tapi pas dicoba rasanya udah nggak sama lagi. Ada rasa takut yang nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata setiap aku mau curhat terang-terangan di blog sendiri. Makanya aku berpikiran kalau orang-orang yang curhat di blognya adalah orang yang pemberani. Termasuk kamu, Nov.

    Tetaplah menulis. Jangan dengarkan kata orang yang cuma mau menjatuhkan semangat nulis kita. Karena orang cerdas itu cinta pada pemikirannya sendiri. Itu aku baca di twit @InfoLengkap. Nggak tau bener atau enggak :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tuh, Cha:') Aku juga iri sama orang yang leluasa curhat dan konsisten nulis di blognya kayak kamu, Robby, Yoga, dll. Aku rajin baca tapi udah jarang komen, Huhu. SAMA CHA! Entah kenapa sekarang rasanya susah untuk curhat se-leluasa dulu, sekarang apa-apa dipikirin dulu. Hiks. Kamu juga termasuk yang pemberani, Cha. Aku malah salut sama kamu:')))

      Semoga aja bener. Hueheueh. Makasih Ichaaaaaa \:D/

      Hapus
    2. Aduh, namaku disebut dan termasuk daftar orang yang di-iri-in. :p

      Padahal, apa yang dicurhatin di blog itu juga udah banyak yang dibuang atau difilter. Apalagi kalau tulisanku yang fiksi. Meskipun fiksi, tetep aja ada pengalaman pribadi yang diselipun. Wqwq.

      Terus curhat aja, Nov. Nggak ada yang salah. Kan nulis buat diri sendiri supaya bikin lega itu termasuk manfaat. Bahkan, dari cerita itu juga bisa aja menginspirasi atau menghibur orang lain. :)

      Hapus
  6. Duh emangnya ada yang suka ngejudge gitu ya? Kok rusuh bener sih. Gue sih untungnya belum ketemu walaupun sama-sama banyak curhatnya. \:p/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada. Wkwkw. Ya gitulah.
      Huah. Alhamdulillah ya, dan kalau pun ada, jangan lagi didengerin. Mueheheh \:D/

      Hapus
  7. Sapa sapa ysng suka ngejaj, sini biar tante mbul gibeng snsknya wakkkk, sante ae nov, niche curcolpun pesti ada aja pembacanya, termasuk yg komen ini.,,
    Terudlsh mnulis yg kita sukai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah iya, Mbak. Ini aku nulisnya juga cuma mau ngeluarin unek-unek biar yang ngejaj baca :'3

      Setujuuuuu \:D/

      Hapus
  8. Aku blogger kang curhat lho hahaha. Serah ah orang mo bilang apa juga yang penting uneg-uneg keluar dan nggak merugikan orang lain :D

    BalasHapus
  9. wooo banyak yang mbela-in lho hehe. keep writting!
    lha kan kalau kata blogger-blogger profesional, tiap blogger itu punya niche masing-masing. yaaa, jadi bebas dong, terserah si empunya blog mau nulis apa. tapi sebener e aku juga lebih suka baca tulisan dari para personal blogger lho, apalagi kalau nulisnya sambil di bumbui dg jokes-jokes (receh) hahaha. ngebacanya jadi ringan gitu, enak. bisa bikin pikiran jadi lebih enteng lah intinya :D

    BalasHapus
  10. Pusing amat hidupnya tuh orang. Ga suka baca postingan curhat, ya bacalah postingan nyinyir, biar nyinyir makin jago. Hidup ini kan pilihan. Toh kita ga disuruh patungan bayar domain orang lain kan, ngapain ribet ngatur2 blog orang. Curhat pun jangan dikira ga ada hikmah yg bisa diambil orang lain. Memang diri kita pun harus tau, mana yg layak dibagi dan yg enggak.

    BalasHapus
  11. Pendapatku :
    Kalo curhat di blog boleh-boleh dan sah saja, barangkali dengan menulis pengalaman pribadi yang dirasakan bisa jadi pembanding dan referensi pembaca cara mengatasi suatu problem yang dikeluhkan.
    Secara ngga langsung justu ikut memberikan pencerahan dan penyemangat.

    BalasHapus