Favorite Childhood Love Story


Seingatku, sebelas tahun silam  aku pernah menjadi bagian dari sekumpulan anak-anak yang tengah asik bermain di pantai pada sore hari.  Di atas perahu hijau yang disandarkan oleh warga ke pinggir pantai dekat pohon ketapang, anak-anak itu, termasuk aku, sedang bermain peran, seakan-akan kami semua adalah orang dewasa yang sedang sibuk dengan segala rutinitasnya. Ada yang menjadi ibu, menjadi wanita karir, menjadi dokter, menjadi penjual sembako, penjual jamu, teller bank dan ada yang tetap menjadi anak kecil. Siapa lagi yang akan terpilih menjadi anak-anak, kalau bukan aku yang mungil ini? tugasku hanya berpura-pura memakan masakan ibu yang terbuat dari pasir dan dedaunan sebagai lauknya. Di saat bersamaan, aku menangkap sosok anak laki-laki yang sedang duduk  memperhatikan kami sambil tersenyum geli dari kejauhan. Anak lelaki itu adalah tetanggaku, Arjan namanya.  

Yang aku tahu, saat itu Arjan belum lama menjadi tetanggaku, dia adalah anak kampung sebelah yang menginap di rumah saudaranya yang bersebelahan dengan rumahku. Dulu, anak lelaki tersebut pernah menjadi  uhuk    cinta monyetku. Ehe.

Di saat anak perempuan lain menganggumi para kakak-kakak tampan yang berseliweran di layar televisi, aku justru diam-diam mengaggumi seorang anak laki-laki yang belum seminggu tinggal di dekat rumahku. Jujur, saat menulis ini aku sudah lupa seperti apa rupanya, yang aku ingat,  dia memiliki senyum yang  manis, yang aku ingat, aku menyukainya karena alasan yang konyol. MANGGA. Ya! Sebelum diutus menjadi anak kecil dalam permainan orang dewasa, Arjan sempat memberiku buah mangga.  (Dikasih mangga aja, udah meleleh! Apalagi mahar? Ehush)

“Ngana mau makan mangga?”    Tanyanya dengan nada suara yang terkesan ‘sok-cool-banget-sih-elah.

“Mau, hehe”  jawabku dengan nada malu-malu[in]. 

Setelah mendapati mangga dari Arjan, aku langsung melarikan diri menuju pantai dan membagikan mangga tersebut  kepada teman-temanku, yang kini sebagian dari mereka sudah benar-benar menjadi seorang ibu.

Meski sebelas tahun telah terlewati, ada satu hal lagi yang masih kuingat perihal cinta monyetku dan baru aku sadari ketika menulis ini; ialah aku selalu merasa bahwa kisahku ini memiliki soundtrack. Tentu saja ost-nya tidak dipilih sendiri olehku, sebab kejadiannya benar-benar diiringi lagu tersebut, tanpa sengaja.

Semuanya bermula ketika aku diminta bibi untuk datang di acara ba-lilian orang kaweng (Orang nikahan) yang kebetulan tidak jauh dari rumah saudaraku. Ba-lilian sendiri merupakan sebuah aktivitas gotong royong pada hajatan tertentu yang menjadi tradisi di Ternate. Pada acara ini kerabat dan tetangga akan berbondong-bondong mendatangi rumah si empunya hajat untuk mengerjakan masalah dapur.

Saat itu pula, aku bertemu lagi dengan Arjan yang sedang berkumpul bersama anak-anak laki-laki lainnya. Aku tidak menghiraukannya, sebab yang kucari adalah makanan. Sesuai dengan pesan nenek “Kalau mau makan, kamu cari bibi aja, terus minta sama bibi ya.”  hmm baiklah, rupanya aku ditelantarkan oleh nenekku sendiri.

Saat sedang berkeliaran mencari bibi di sekitar rumah orang kaweng, aku mendegar suara seseorang sedang bertanya padaku, suaranya tidak begitu jelas karena tersamarkan oleh musik dengan volume yang lumayan keras.  

“Ngana cari sapa? Makan mariii…”

Aku menengok ke samping saat mendengar suara seseorang dan menemukan Arjan sedang berdiri di sana, di sampingku, sambil memegang piring lengkap dengan nasi serta lauk-pauknya.  Posenya agak mirip dengan foto Younglex yang viral itu, lho! Arjan terus bertanya padaku, tapi suaranya masih tetap tertupi dengan lagu dangdut yang hampir membuatku gila saat itu.

“Emang gue pikirin,  elu mau apa? Elu punya cewek sepuluh, gue punya cowok seribu… EGP, EGP, Sorry sorry aja, emang lu pikir, elu siapa? EGP,  EGP, Sorry sorry aja, gue juga punya cowok yang lain…”

Kurang lebih seperti itulah lirik lagu dangdut yang dengan bebasnya diputar oleh penjaga sound system di acara tersebut.  OH TUHAN. KENAPA OST DARI KISAH CINTA MONYETKU HARUS LAGU ITU? HIKS!

Setelah kejadian malam itu, setiap kali scene pertemuanku dengan Arjan berputar di ingatan, lagu tersebut secara otomatis akan mengiringinya. Pernah sekali aku mencoba untuk lupa, tapi lagu tersebut seperti sudah menyatu dengan memori masa kecilku, sehingga menggantinya dengan lagu lainpun, tak mempan. Syukurlah tidak semua kisah hidupku diiringi dengan soundtrack serupa, kalau tidak, hancur sudah masa-masa kecilku yang indah.

Tak lama kemudian, bibi yang juga sedang mencariku pun menemukanku sedang kebingungan, beliau menghampiri dan menyuruhku menunggu sebentar untuk mengambil makanan, aku mengangguk. Dengan suasana hati yang kacau karena kelaparan, aku menengok lagi ke samping, sosok Arjan yang tadi berada di sampingku ternyata sudah menghilang entah kemana.
***
Dan, hari ini ketika  semua kejadian-kejadian silam masih sering berputar di kepalaku, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Arjan, kamu di mana? Aku ingin mangga gratis lagi. Huhu~


P.S :
- Tulisan ini diikut sertakan dalam 7 Hari Tantangan Menulis #KampusFiksi #BasabasiStore.
- Tantangan di hari pertama sudah kuselesaikan. Horee~

12 komentar:

  1. Bagian dikasih mangga mengingatkan aku sama fim crazy little thing called love ngahaha. Sweet ih Marjan, eh Arjan. Semoga Arjan muncul lagi dan bawain kamu mangga yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh. Aku juga baru inget hahahah. Tapi engga gitu sih, itu pas dikasih mangganya juga di lempar dari atas pohon btw xD

      Hapus
  2. haha, jadi ingat dengan cinta monyet lucu deh kalau lagi cemburu
    ngambeknya itu loh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh. Aku dulu gak pernah ngambek-ngambekan, ini mah cuma cinta monyet yang diam-diam gitu mbak hueheue

      Hapus
  3. Cinta monyet lima langkah dari rumah..
    Semangat untuk tulisan selanjutnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk sekarang mah udah engga lima langkah lagi, udah gatau berapa langkah :v

      Oke. Makasih. Semangat juga ngeblognya, muehehe^^

      Hapus
  4. Semoga si arjannya membaca tulisan ini muehehhehe, harapan macam apa ini #lalu dikeplak novi
    Eh nov beberapa kali aku klo klik blog kamu seriiing banget kegiringnya di web lain knapa ya, semacam pop ads gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Omegad, semoga aja enggaaaa, aku gak share postingan ini di sosmed, jadi semoga gak ada temen deket atau tetangga yang sampe baca ini HUAHAHAHA

      Oh, aku pake popcash, Mbak Nit. Ehehehe

      Hapus
  5. Jadi ngebayangin si Arjannya ngomong, "MAKAN, BANG."

    HAHAHA. AKU NGAKAK LHO BACA INI, NOV. Ini lucu banget. Dalam artian kamu jujur banget nulisnya. Sukaaaa. Itu soundtracknya kirain lagu2 mellow gitu. Lagunya Melly Goeslaw misalnya. LAH INI LAGU DANGDUT. HAHAHAHA.

    Arjan, ke rumah Noviyana doooongssss..... Dianya lagi ngidam mangga sama pengen dibawain mahar..... Huahahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah, tapi kata Bang-nya diganti pake nama aku, Cha. xD

      HUAHAHAH SENENG DIBILANG LUCU, TULISANNYA SIH. EHE.
      Bukan bhahahaha, lagu dangdut, udah gitu liriknya malah kontras sama keadaan aku saat itu:')

      Aihhh, kalo beneran dateng, bawa mangga ajadah :3

      Hapus
  6. Buahahaha sountracknya ga tahan novvv

    BalasHapus