Belum Sempat Meledak

Image Source
Aku berada ditengah-tengah penonton yang sedang asik menyaksikan pertunjukan sirkus, kepalaku mendongak memperhatikan atap transparan yang langsung menghubungkan mata dengan langit mendung tertutup kelabu. Keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh setelah indera penglihatanku menangkap bayangan helikopter asing berterbangan di atas gedung, rasa takut yang tidak beralasan tiba-tiba saja menggerogotiku, firasat buruk pun memenuhi isi kepala sehingga membuatku yakin bahwa ada yang tidak beres di tempat ini. Aku mencoba menenangkan diri, dengan memejamkan mata, namun yang kulihat adalah percikan api dan ledakan dasyat. 

Ketakutan yang semakin menjadi-jadi membuatku tidak bisa tenang. Aku menengok kesamping mengecek keberadaan keluarga yang tadi ikut bersamaku menonton sirkus, mereka tidak boleh berada disini.

"Kita semua harus keluar dari gedung ini secepatnya," Ucapku kepada orang-orang sekitar terutama keluargaku namun, tidak seorangpun yang peduli, mereka terlalu serius menyaksikan atraksi sirkus.

Orang-orang ini harus keluar sebelum gedung sirkus meledak. Aku pun langsung berdiri menghalangi pandangan mereka dan berteriak sekencang-kencangnya.
"Kita semua harus keluar dari sini kalau masih mau hidup" 
Sekali lagi tidak ada yang peduli, suaraku sepertinya tidak sampai ke telinga orang-orang ini. Mereka hanya memandangku dengan tatapan sinis seakan memintaku untuk kembali ketempat semula supaya tidak menghalangi pandangan. Kurasa semua usaha yang kulakukan akan sia-sia "Aku harus bagaimana?" batinku.

Aku memejamkan mata lagi, kali ini yang kulihat adalah sebuah bom terjatuh ke arah gedung sirkus tepat pada posisiku sekarang. Aku mendongak keatas untuk memastikan, rupanya benar, helikopter itu sudah berada beberapa puluh meter di atas kepalaku. Aku berteriak lagi sekeras mungkin, lalu menarik paksa tangan kedua orang tua untuk ikut bersamaku meninggalkan gedung, namun mereka tetap tidak peduli dan menyuruhku kembali kerumah sendiri.  Bahkan orang tuaku pun tidak mempedulikan kekhawatiran yang kurasakan. Perasaanku kacau. Aku akhirnya memutuskan untuk berlari dan menyelamatkan diriku sendiri,  tanpa memikirkan keselamatan orang lain, aku sudah tidak peduli. Pikiranku kalut. 

Tubuhku menerobos kerumunan orang-orang yang menghalangi jalan menuju pintu keluar. Mereka memandangku dengan tatapan aneh, mungkin karena keadaanku saat ini terlihat seperti orang gila dengan air mata berlinang, tangan bergetar,  dan suara lantang meneriaki kematian yang sebentar lagi akan datang. Tidak ada seorangpun yang percaya dengan kata-kataku, aku tidak bisa menjadi seorang pahlawan untuk semua orang kecuali untuk diriku sendiri.

Kali ini untuk ketiga kalinya aku mendongkak keatas langit, memejamkan mata dan menerawang peristiwa selanjutnya, aku mendapati suara yang mengatakan bahwa sebuah bom akan dijatuhkan dari helikopter dalam waktu lima belas menit, bahkan mata batinku dapat menangkap bentuk benda penghancur itu, sebuah bom berukuran sedang namun berjumlah banyak yang di rakit oleh orang-orang berpakaian serba merah. Aku tidak mengenal mereka semua.

"Kita harus keluar dari sini!!!!" Aku berteriak kencang lagi, sambil menangis. Tidak ada yang peduli.

Satu menit berlalu --- Gedung ini tidak berbeda jauh dengan labirin raksasa, aku harus menyusuri setiap lorong untuk menemukan jalan keluar, pada lorong pertama terdapat 3 jalan kecil menuju sebuah ruangan, aku mencoba menelusuri setiap jalan. Ada beberapa jalan yang membawaku ke ruangan yang tidak ingin kudatangi, pertama adalah ruangan yang di penuhi oleh remaja bertulang lunak, yang senang meliuk-liukan tubuh mereka seperti ular karet, lalu ruangan kedua berisi hewan kecil seperti kucing, kelinci, dan anjing, yang di kurung dalam kandang yang sempit.

Dan jalan ketiga adalah menuju ruangan yang akan membawaku menuju pintu keluar.

Dua menit berlalu --- Waktuku terbuang hanya untuk menebak-nebak jalan mana yang akan membawaku keluar dari gedung ini dan untung saja aku sudah menemukan pintu keluarnya. Sekarang aku tidak punya waktu banyak, tapi jalan menuju pintu keluar benar-benar jauh dari posisiku berdiri, aku harus berlari secepat mungkin sebelum waktu 13 menit yang tersisa habis karna gerakan lambanku.

Tiga menit berlalu ---  Aku berlari, sambil memikirkan mengapa tidak ada orang berada di ruangan ini untuk sekedar berjaga-jaga atapun berjalan pulang karena bosan.

Empat menit berlalu --- Akhirnya langkahku terhenti di depan pintu yang terbuat dari kaca tebal dan sangat besar, pintunya tertutup rapat. Aku langsung mencoba membuka pintu tersebut, ukuran pintu yang besar dan berat membuatku harus menggunakan seluruh tenaga untuk mendorongnya

Lima menit berlalu ---- Aku tidak menyerah, pintunya masih tetap ku dorong hingga sedikit terbuka, menandakan bahwa sebentar lagi aku akan berhasil keluar. Aku mendorongnya lebih keras, dan terbukalah pintunya, meskipun hanya selebar tubuhku yang mungil.

Aku berlari keluar menjauhkan diri dari gedung tersebut, mencari tempat aman untuk bersembunyi. Rupanya gedung besar yang dipakai untuk pertunjukan sirkus itu bukanlah berada di tengah pusat kota melainkan di tengah hutan yang di kelilingi pohon besar dan rindang, mengapa aku tidak menyadari hal ini?

12 menit berlalu ----- Aku sekarang sudah berada jauh dari gedung itu, tapi aku juga tidak tahu dimana posisiku sekarang, aku terduduk dibawah pohon besar, menutup telingaku. Menunggu suara ledakan dari gedung sirkus.

Tiga.... Dua.... Satu.... Boooooommmmmmmm

"Mamah... papah" Suara teriakanku menggema bersamaan dengan suara ledakan boom "Maafkan akuuu" ucapku lirih menyadari kesalahan yang baru saja kuperbuat. Aku menangis memandangi awan hitam yang diselingi asap tebal. Suara tangisanku semakin kencang "Mamah... papah".

"Hei siapa kau?" Seorang lelaki berpakaian serba merah dan wajah menyeramkan mengagetkanku. Aku diam. "Oh rupanya kau berhasil lolos dari serangan anak buahku ya? Hebat" Suaranya terdengar gusar.

"Jaa jaadi ka kaau yang membuat gedung itu hancur?" Tanyaku dengan nada bergetar.

"Ya! gedung beserta semua manusia disana hancur dalam satu kali ledakan bom di tangan anak buahku, dan kau? kau akan aku hancurkan seorang diri dengan tanganku. Ikut aku !" Lelaki menyeramkan itu menyeret dan membawaku ke suatu tempat yang luas, tempat gersang, tidak ada pohon ataupun tumbuhan lainnya, yang ada hanyalah bom rakitan dan satu helikopter. Dia tertawa lepas seperti setan sambil menaiki helikopter.
"Aku akan melempar bom ini dari atas sana ke arahmu. Hahahahahahaha"
Aku menangis pasrah. Aku menyerah pada keadaan, biarlah ini menjadi bayaran atas keegoisanku meninggalkan orang tua di dalam gedung tadi. Aku mendongkak memandang langit, helikopter itu sudah berada jauh di atas kepalaku, mataku menangkap gerakan tangan yang  melempar sebuah bom ke arahku " Aaaaaaaaaaaaaa" aku berteriak memejamkan mata, dan reflek menutup telinga.

Tiga.... Dua.... Satu....

Tokkk tokk tokkk

Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang dalam keadaan baik-baik saja, anehnya yang kudengar bukanlah suara ledakan bom tetapi suara ketukan pintu yang entah dari mana asalnya.

"Hei nona, bersiaplah "  Aku mulai ketakutan lagi. Lelaki itu baru saja memberi aba-aba agar aku bersiap-siap kehilangan nyawa. Kurasa dia akan menjatuhkan bomnya ke arahku lagi. Aku harus bersiap-siap, Ini sudah menjadi takdirku.

Lelaki itu melemparkan boomnya dari atas helikopter.

Tiga....

Dua....

Satu....

Tokkk tokk tokkk.

"Woyyyyyyy"

******

Dengan gerakan tiba-tiba dari posisiku sebelumnya, aku merasa diriku menghantam lantai, dan tidak dalam keadaan gosong melainkan basah kuyup oleh keringat dingin. Aku bingung dan kehilangan arah  sesaat,  bahkan di tengah kegelapan hutan pun aku hampir bisa mendengar gema teriakan adik kandungku sendiri yang samar-samar. Namun, ketika mataku sudah bisa menyesuaikan dengan cahaya yang masuk menembus kegelapan, perlahan aku mendapatkan kesadaran bahwa aku sedang berada di kamar, lebih tepatnya di lantai kamarku.
"Woy, kaka buka pintu dulu. Kita mo ambil sesuatu di ngana pe kamar" (Terjemahan : Kak, buka pintunya dulu. Aku mau ambil sesuatu di dalam kamarmu)
Itu suara adik bungsuku, Yuni namanya. Dia adalah orang yang paling rajin menghancurkan mimpiku disetiap paginya. Hari ini Yuni  membangunkanku disaat aku belum sempat meledak. Terima kasih.
"Kaka, ngana masih tidur? ngana dapa dengar kita pe suara to?. Buka pintu dulu, woyyyyy" (Terjemahan : Kakak, kamu masih tidur? Kamu dengar suaraku kan? Bukain pintunya ) 
Akupun langsung membuka pintu dengan gerakan lamban.

"Ambe apa? duh ngana kase ancur orang pe mimpi saja nih" Ucapku
(Terjemahan : Ambil apa? Duh kamu ngancurin mimpi orang aja ) 

"Ambe sisir. Hehehehe"
(Terjemahan : Ambil sisir. Heheh) 

Luar biasa, anak ini selalu membangunkanku dengan alasan yang sama setiap pagi "Ambil sisir" -_-


*****

Cerita di atas bukanlah imajinasi yang kubuat-buat tetapi merupakan gambaran dan cerita dari mimpiku tadi malam, yang kemudian di hancurkan oleh Yuni di pagi harinya.

Sebenarnya dulu aku sudah pernah bermimpi tentang kejadian yang sama seperti mimpi tadi malam (Baca: De Javu), aku baru menyadarinya pada saat tertangkap oleh lelaki menyeramkan dalam mimpi itu. Karena itulah mimpi tersebut masih awet dalam ingatanku, dan agar aku tidak lupa lagi, aku pun menulis mimpi tersebut dalam sebuah buku. (Aku punya kebiasaan mencatat mimpi setiap bangun tidur. Aneh? Bodo amat wkwk)

Cerita tentang mimpi itu sengaja di kemas dalam bentuk drama action agar lebih seru. Hueheueheu, maaf kalau susunan kalimatnya kurang tepat. :')

Sekian, dan Terima kasih.

28 komentar:

  1. Wah keren amat itu mimpinya. Tapi nyeremin sih. Muahaha. Eniwei, lo orang mana sih? Salam kenal yaa. Baru pertama kali main ke sini nih! \:D/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iye nyeremin, gue aja pas bangun keringetan wkwk:v
      Orang Ternate:3
      Salam kenal, makasih :D

      Hapus
  2. wuahaahaa... mimpinya penuh imajinasi kak:D kayak ceritaku.hahaa
    aku pernah buat cerpen yang judulnya "story in my dream" endingnya juga gitu, mimpi yang di hancurkan oleh gedoran pintu.wkwkwk ternyataa ceritaku bisa jadi nyata, dan kakaklah korbannya :P muahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya?
      Cerita yang mana? ada blog?
      ntar aku baca yaaa :p
      aku ga merasa jadi korban dari cerita kamu dek, kalo korban php pernah *di jitak riska* :v

      Hapus
    2. iyaa kakaa.. di blog -___-
      huaaa.. kesian amat jadi korban php kak wkwkw

      Hapus
  3. kalau mimpinya berseri, jangan2 emang ada kehidupan paralel dan km adalah penghuhung dng dr km sendiri di dunia paralel sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan berseri, tapi mimpinya terulang lagi. Dulu pernah mimpi sama persis kayak gitu tapi beda di ending nya aja.

      Waduh, kalo bener dunia paralel itu ada, pasti seru banget *-*

      Hapus
    2. mungkin nunggu ending yang tepat, ayo selesaikan mimpinya,

      Seperti puzzle itu, coba di catat setiap mimpi dan apa aja yg kamu lakukan...

      Hapus
    3. Gimana cara menyelesaikan mimpinya? aku aja gabisa melanjutkan mimpi huhuha

      Iya, kalo inget langsung aku catet :D

      Hapus
  4. Balasan
    1. Mimpinya ga bisa di lanjutin -_-"
      Tapi kalo ceritanya di lanjutin pake imajinasiku, mungkin bisa walaupun cuma di karang-karang heheheu

      Hapus
  5. mimpinya serem tapi menginspirasi untuk dibuat tulisan ya mbak... :)

    *untung dibangunkan sebelum meledak, coba kalau sudah meledak pasti bangunnya dalam keadaan pakaian robek kena ledakan... hehe... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mimpi juga bisa jadi inspirasi dan ide untuk tulisan. Heheh :D

      Iya sih, tapi jadi penasaran sendiri ntar kalo meledak akunya berubah jadi apa :v

      Hapus
  6. seru juga kalau lagi berada di situasi seperti itu. coba genrenya ditambahin mystery dikit.. lebih seru lagi dah. drama action mystery..

    BalasHapus
  7. Lelaki menyeramkan itu rupanya kayak gimana, Isyana? Bukan kayak Adam Levine kan? Iya sih, Adam Levine itu menyeramkan. Menyeramkan karena udah nggak single lagi, tapi udah punya istri :(

    Hahahahaha. Alasannya mau ngambil sisir mulu ya. :D

    Aku nggak pernah mimpi sedahsyat itu. Kalaupun pernah, nggak ingat-ingat banget. Yang paling ingat mungkin pas mimpi lagi main sama Irfan Bachdim. Anu, main bola maksudnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mirip voldemort :v Iya, itu nyeremin, eh tapi gapapa, walaupun udah punya istri, kan dia bisa poligami lagi, neng(?) :D
      Kita masih punya kesempatan :'v

      Iya, sisir -_-'

      Hahaha, cieee yang main sama Irfan Bachdim xD

      Hapus
  8. kalo dejavu gitu suka bikin merinding gasihh?
    aku kalo ama sirkus takut lihat badutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang merinding juga sih tapi kadang biasa aja hahaha
      Badut kan lucu, kok takut :o

      Hapus
  9. Duuuh ceritanya bener-bener bikin tegang. Sempat merinding pas bagian di seret ke tempat yang gersang itu.
    Loh kirain fiksi, ini cerita dalam mimpi kamu toh mba?

    Wkakaa mimpinya jadi terganggu gara-gara Yuni yang ngambil sisir. :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah merinding, berarti feeelnya dapet. Hahah :v
      Iya, cuma mimpi tapi karna seru jadi ceritanya aku kemas dalam bentuk fiksi drama action :3

      Iyatuh si yuni :v

      Hapus
  10. Wah keren banget.. Cerita mimpinya dibungkus jadi sekeren ini.
    Ceritanya oke tuh kalo jadi scene pembuka film hollywood xD
    Keep writing!! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah makasih, Alhamdulillah kalo keren wkwk
      Semangat menulis :D

      Hapus
  11. Gimana caranya bisa inget mimpi sedetail itu, Nov? Sumpah, gue aja kalo udah lebih dari 5 menit nggak inget apa-apa. Ingetnya paling cuma poin-poin singkat doang. Dan nanti pas udah dua hari lebih atau sampai seminggu baru inget lagi.

    Ngeri juga yak, itu mimpi serem amat. Baca doa makanya. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernah ngalamin mimpi itu sebelumnya, mimpinya berulang-ulang, makannya bisa inget hahahah
      Ya kalo mimpi-mimpi lainnya sih cuma inget setengahnya hahah.

      Iya wkwkwk

      Hapus
  12. waaah ternyata hanya sekedar mimpi tadi malam ya.heuheu
    ceitanya kereenn

    BalasHapus