Gadis di Masa Lalu

Mengantar Rindu Pada Gadis Kecil

Langit yang kupandangi saat ini nampak tak seindah biasanya, warna biru muda yang kusukai bersembunyi di balik awan mendung yang menggelap merata tanpa menyisahkan sedikit celah bagi cahaya untuk menembusnya. Kudengar suara gemuruh menggelegar dari atas sana, menjadi musik penghantar bagi titik-titik air yang turun dengan derasnya menuju bumi yang kupijaki. Kilatan cahaya seakan menjadi lampu disko bagi pohon-pohon yang sejak tadi menari dan bergerak berayun-ayun menikmati hembusan angin yang menggelitik.
Di balik sebuah kaca jendela, terlihat seorang gadis remaja berambut ikal dan wajah berbentuk oval sedang menatap langit dengan lirih, sepasang bola mata itu mengisyaratkan kerinduan, membuat siapapun yang melihat dapat menebak isi kepalanya dan mungkin bisa merasakan apa yang ia rasakan. Gadis itu adalah aku.

Gadis tersebut memang sedang merindu, namun rindunya bukanlah perasaan rindu pada pria pujaan, bukan juga rindu pada kenangan bersama kekasihnya, sebab gadis tersebut memang tak punya kenangan apapun ihwal kekasih atau mantan kekasih di masa silam.

“Lalu apa yang kau rindukan?” Rupanya gadis tersebut diam-diam berharap langit dapat bertanya padanya bahkan bersedia mendengar curahan hati yang siap melompat berhamburan dari bibirnya. Ah baiklah, anggap saja dia benar-benar sedang bercerita pada langit tentang semua kenangan yang ia rindukan.

Hujan seakan menjadi kunci untuk membuka pintu kenangan itu kembali, hujan berhasil membuatnya menyentuh kenangan itu lagi, membuatnya mengingat dan merindukan dirinya yang dulu. Perempuan dewasa yang pernah menjadi seorang gadis kecil polos yang selalu berlari keluar rumah ketika melihat langit mendung lalu tersenyum dan mengayunkan tangan ke udara tanpa beban, seperti memberi memberi isyarat pada langit bahwa dirinya tak sabar menunggu hujan. Dia bahkan tak malu-malu untuk menari bersama pepohonan yang sedang besorak gembira menyambut hujan.

Perempuan dewasa tersebut saat ini memang bisa menikmati hujan layaknya gadis kecil itu, namun rasanya akan sangat berbeda jauh. Gadis kecil itu menikmati hujan tanpa beban sedangkan dia yang dewasa? Entahlah. 

Kadang dirinya ingin berubah menjadi gadis kecil itu lagi dan kembali ke masa lalu,  namun dia tersadar bahwa hidupnya bukanlah sebuah cerita fiksi bergenre fantasi, di mana tokoh dalam novel bisa melakukan apapun, termasuk kembalik ke masa lalu, tapi dia juga bahwa bahkan cerita dalam novel sekalipun sudah ada yang merancang, semua jalan cerita sudah diatur oleh penulisnya.

Hujan kali ini berhasil membuatnya membayangkan sesuatu yang tidak mungkin, seharusnya perempuan dewasa itu hanya mengenang dan membiarkan yang sudah berlalu menjadi kenangan, membiarkan gadis kecil dalam kepalanya hidup di masanya saja.

0 Komentar:

Posting Komentar

share your comments here